Bernostalgia dengan Musik Rock Mainstream Era 2000-an Istilah-istilah dalam dunia musik kadang terdengar maksain . Alih-alih mempermudah yang ada malah bikin rancu. Ambil contoh, saya tidak tahu distingsi yang akurat, antara d-beat, crust punk, powerviolence, thrashcore, dan crossover thrash. Kalau saya amati semua sama saja. Begitu pula, ketika gelombang musik rock alternatif melanda dan memopulerkan terminologi grunge. Padahal sebutan rock alternatif saja sudah cukup mewakili, tak perlu lagi istilah-istilah baru, sepanjang stereotip musiknya sama. Tapi yang namanya industri saya sih mafhum, kan mereka lagi dagang sehingga butuh “perlabelan”, tujuannya agar memikat calon konsumen atau paling ngga aware lah. Dan terbukti ketika grunge menyeruak, lanskap musik rock dunia seketika berubah. Akan tetapi pamornya tidak bertahan lama. Grunge seolah kehilangan energi setelah kepergian Kurt Cobain, keadaan ini membuka peluang bagi musik-musik yang tersingkir oleh kesuksesan Nevermind (DGC
All about music that i loved