Langsung ke konten utama

Menyoal Kaset Bootleg: Sudah Mahal, Ternyata Tidak Asli

Beberapa hari lalu, seorang kenalan memperlihatkan kaset Hatebreed Satisfaction Is The Death Of Desire (Victory Records, 1997). Dia meyakini kalau itu kaset asli, yang resmi beredar di Indonesia. Lalu saya katakan padanya bahwa album itu, tidak pernah rilis di Indonesia.

Dengan kata lain itu adalah kaset bootleg, produksi kota sebelah yang pada tahun 2000 – 2003 marak beredar di lapak-lapak kaset Blok M, atau Jatinegara. Sedikit flashback masifnya kegiatan korespondensi surat menyurat dengan label luar negeri, pada tahun-tahun itu dan sebelumnya, membuat banyak scenester lokal melakukan kegiatan hacker atau carding, yang berdampak pada banyaknya CD import beredar di tongkrongan.

Nah sebagian scenester lokal ada yang melihat itu sebagai peluang bisnis, dengan membuat kaset replika atau bootleg apa saja (mostly skate punk, hardcore, dan street punk UK82) dan diedarkan di lapak-lapak. Secara tampilan fisik, kaset tersebut memang niat banget bikinnya, sampulnya cetak offset, kasetnya tersablon. Kualitas audionya juga aman, karena direkam dari CD orisinil.

Dia kaget, dan balik bertanya “dari mana lo yakin mas, ini bootleg?.”

Saya katakan padanya, bagi orang-orang yang dulunya rutin menyambangi toko kaset atau minimal nongkrong, pasti tahu bila album itu tidak beredar resmi di Indonesia. Dan satu-satunya rilisan Victory Records yang resmi beredar di Tanah Air, hanya kompilasi Victory Style vol 1.

Di negara asalnya kompilasi tersebut rilis pada 1996, namun seingat saya kasetnya baru beredar di Tanah Air sekitar 1999, dengan kode produksi RR-10950599. Adalah PT Indo Semar Sakti, selaku pemegang lisensi atau hak edar kaset tersebut, di dalam negeri.

Dia lanjut bertanya “emang apa aja sih, kaset hardcore yang beredar resmi di sini?.”

Saya jawab tidak banyak. Sebagian besar adalah album besutan major label, seperti CIV Set Your Goals (Lava/Atlantic Records, 1995), Downset self-titled (Mercury, 1994), 7 Seconds The Music, The Message (Epic/Sony Music, 1995), Bad Brains God of Love (Maverick, 1995), Sick Of It All Scratch The Surface dan Built To Last (EastWest/Warner), Rise Against Siren Song of the Counter Culture (Geffen, 2004), serta beberapa album milik Suicidal Tendencies yang rilis via Epic atau Sony Music Entertainment.

Untuk rilisan indie label-nya ada Gang Green King of Bands (Roadrunner, 1991), Cro-Mags Alpha Omega (Century Media, 1992), D.F.L. Proud To Be (Epitaph, 1994), Earth Crisis Breed the Killers (Roadrunner, 1998), Pro-Pain Run for Cover (Spitfire, 2003), Shelter Mantra dan Beyond Planet Earth (Roadrunner), Madball Set it Off, Demonstrating My Style, Look My Way, dan The Best Of Madball, Vision of Disorder self-titled dan Imprint (Roadrunner), serta dua album milik Mucky Pup, dan tiga album Bio Hazard yang rilis lewat Roadrunner.

Sementara satu-satunya album Hatebreed yang beredar resmi di Indonesia, hanya Supremacy (Roadrunner, 2006). Itupun musiknya sudah berubah jadi metalcore.

Di luar kaset-kaset yang saya sebutkan di atas, bisa dipastikan bootleg. Dan ada baiknya sharing terlebih dulu, daripada membeli barang koleksian dengan harga mahal, namun ternyata tidak orisinil. Jauh lebih baik duitnya, dipergunakan untuk kebutuhan keluarga.***

 

Postingan populer dari blog ini

Team Records dan Punk Rock di Tanah Air Era 80-an Dayan dan teman wanitanya, di Casa Pub, circa 1988 Sedikit flashback sekitar tahun 2020 saat pandemi melanda, saya pernah mewawancarai Dayan vokalis band The Supid Prisoner (kadang hanya disebut; The Stupid), untuk mengetahui punk movement di Ibu Kota, Jakarta, pada akhir dekade 1980. Kala itu lewat WhatsApp Call , saya mengajukan beberapa pertanyaan, salah satunya apa sih yang dibawain The Supid Prisoner waktu manggung dulu. Namun jawaban pria kelahiran 1968 itu, agak mengejutkan. Dia mengaku pada tahun segitu sudah bawain U.K. Subs, The Exploited, G.B.H., di samping Sex Pistols. Bahkan dia juga telah mendengarkan Misfits dan Dead Kennedys. Sebagai bukti, Dayan lalu mengirimkan beberapa foto lawas. Nampak di foto itu, dia mengenakan kaus Dead Kennedys bergambar patung Liberty, yang ditodong pistol. Sedangkan Kiki gitarisnya memakai kaus Misfits, saya lihat numeric date di foto tertera tahun 1989. Di foto lain, terlihat Dayan jug
  Punk Gay: Garang Tapi Melambai Berbekal alamat korespondensi yang tertera di sampul album Operation Ivy, pada tahun 1999 akhir saya beranikan diri berkirim surat ke Lookout Records. Setelah menunggu dua bulan, surat saya dibalas plus katalog, poster promo, dan sticker. Rasanya senang bukan kepalang, karena saya jadi tahu semua band yang dinaungi oleh label besutan Larry Livermore tersebut. Diantara band-band itu, ada satu yang menyita perhatian saya yaitu Pansy Division. Jujur saja sebagai straight guy , saya geli melihat sampul album-album mereka. Terserah bila kalian cap saya homophobia. Karena alasan itulah saya enggan tahu lebih jauh tentang mereka. Sebetulnya saya sudah notice band ini dari soundtrack film Angus. Bahkan sewaktu Green Day berada di Jakarta ─ dalam sesi interview dengan majalah Hai ─ Mike Dirnt mengenakan kaus putih bertuliskan Pansy Division.   Setelah era internet merebak, saya baru tahu kalau ada skena queercore dalam kultur punk, dan Pansy Divison sal
Reptil, Band Punk Lokal di Layar Kaca Era 90-an Di tengah kenaikan harga bahan pokok, anjloknya nilai tukar rupiah, dan konstelasi politik yang tak menentu pada 1998, ternyata tidak terlalu berpengaruh pada industri musik arus utama dalam negeri. Sektor ini terus menggenjot talenta-talenta baru hadir kepermukaan. Nama-nama yang sudah tersohor pun, tak ketinggalan merilis album seperti; Slank hadir dengan album Tujuh, Potret dengan Café, Jamrud dengan Terima Kasih, Kahitna dengan Sampai Nanti, Gigi dengan Kilas Balik, dan seterusnya. Album kompilasi pun marak. Seperti Metalik Klinik II, Alternatif Mania, Indie Ten, Indienesia dan lain sebagainya. Hadirnya kompilasi-kompilasi tersebut menunjukkan bila industri arus utama, juga menaruh perhatian dengan band-band sidestream . Serta menjadi bukti akan eksistensi aneka genre yang ada dalam ranah musik Tanah Air. Menariknya kompilasi-kompilasi tersebut tak hanya memuat musik rap, alternatif, funk, dan metal saja, bahkan punk pun ters