Langsung ke konten utama

Boleh dicoba! 10 Album Cover Versions Berikut Ini, Punya Feel Beda

Sukar rasanya menemukan arsip band lokal, yang menggarap album daur ulang atau cover versions, kecuali Salute To 90's (Universal Music, 2018) milik Pee Wee Gaskins, Recycle + (EMI Music Indonesia, 2007) dari Dewi Dewi, dan Salute to Koes Plus/Bersaudara (Sony BMG Indonesia, 2004) persembahan Erwin Gutawa.

Sependek pelacakan saya, Indonesia lebih banyak memproduksi kompilasi album tribut. Sebut saja; A Tribute To Koes Plus (RnB Production, 2004), A Tribute To Ian Antono (Sony Music, 2004), From Us to U tribute to Titiek Puspa (Musica Studio’s, 2005), A Tribute To KLa Project (KLa Corp, 2011), Yovie and His Friends: Irreplaceable (Music Factory Indonesia, 2014), Melody Chrisye (Formula Music, 2016), A Tribute To Extreme Decay (Playloud Records, 2016), dan lain sebagainya.

Album cover versions dengan album tribut, sekilas terdengar sama namun sebetulnya berbeda. Album tribut biasanya digarap secara bancakkan dengan melibatkan sejumlah musisi atau band. Sedangkan album cover versions, dilakukan oleh sebuah band atau seorang musisi, yang membawakan ulang lagu-lagu tertentu dengan versi mereka, dan dikemas dalam satu album.

Baik album cover versions maupun album tribut, biasanya digarap sebagai bentuk penghargaan terhadap musisi, atau band yang dianggap punya pengaruh dan kontribusi dalam ranah musik. Namun pada kesempatan kali ini, kita hanya membahas soal album cover versions. Berikut sepuluh diantaranya, yang bahkan digarap oleh nama-nama besar di industri musik dunia:

1.       The Teal Album – Weezer (Atlantic Records, 2019)

Album ini mengandalkan single “Africa” yang merupakan lagu lawas milik grup Toto yang rilis pada 1982. Ide ini bermula dari Mary, gadis berusia 14 tahun asal Cleveland, Amerika, sosok dibalik akun Twitter bernama @weezerafrica, yang pada 2017 sering men-twit pesan "bless the rains down in Africa."

Keinginan Mary terwujud dengan dirilisnya single “Africa” pada 29 Mei 2018. Tak dinyana lagu versi Weezer tersebut melejit, hingga menduduki peringkat satu tangga lagu Billboard Alternative Songs. Kesuksesan single tersebut mendorong mereka untuk menggarap The Teal Album, diluar dugaan album cover versions mereka juga disambut positif, dan di pasarkan dalam format piringan hitam, cakram padat, serta kaset pita.

2.       Undisputed Attitude – Slayer (American Records, 1996)

Album ini memuat 14 lagu. Satu diantaranya lagu ciptaan mereka yang berjudul “Gemini”. Untuk  pasar Eropa dan Jepang terdapat lagu “Sick Boy” dari G.B.H. sebagai bonus trek. Undisputed Attitude berisikan lagu daur ulang milik band-band punk rock dan harcore punk, seperti; the Stooges, Minor Threat, T.S.O.L., D.R.I., D.I., Dr. Know, dan Verbal Abuse. Namun sayang dari segi penjualan Undisputed Attitude tidak terlalu menggairahkan. Bahkan mendapat komentar miring dari para pengamat musik.

3.       The Spaghetti Incident - Guns N' Roses (Geffen, 1993)

Album kelima Guns N' Roses ini, sebetulnya bukan album yang direncanakan. Ia digarap ditengah-tengah sesi rekaman album Use Your Illusion II (Geffen, 1991). The Spaghetti Incident berisikan 12 lagu punk rock dan hard rock, plus lagu kontroversial berjudul "Look at Your Game, Girl" karya Charles Manson sebagai bonus trek.

Judul album ini merujuk pada insiden di mana Steven Adler (gitaris), menyimpan narkotika di kulkas dalam sebuah wadah makanan Italia, saat Guns N' Roses menginap di suatu hotel. Adapun alasan mereka menggarap The Spaghetti Incident adalah untuk mengangkat kembali nama-nama band dan musisi favorit mereka, dan membantunya secara finansial dari hasil penjualan album tersebut.

4.       Garage Inc. – Metallica (Elektra, 1998)

Judulnya kombinasi dari mini albun The $5.98 E.P. – Garage Days Re-Revisited (1987) dan lagu Metallica "Damage, Inc.", dari album Master of Puppets. Sesuai judulnya maka para personel Metallica pun didandani layaknya montir dalam sesi pemotretan sampulnya. Album ini merangkum sejumlah lagu daur ulang milik; Discharge, Misfits, Diamond Head, Mercyful Fate, Thin Lizzy, Lynyrd Skynyrd, Anti-Nowhere League, Motörhead, Queen, dan masih banyak lagi. Garage Inc. menjagokan empat single sekaligus yakni; "Turn the Page", "Die, Die My Darling", "Turn the Page", dan "Whiskey in the Jar". Album ini terbilang sukses di pasaran, dan menyabet status multi platinum. Di Indonesia album ini di pasarkan dalam format dobel kaset.

5.       Foo Fighters – Medium Rare (RCA, 2011)

Semua trek di album ini sebetulnya sudah muncul dalam kompilasi, album jalur suara (soundtrack film), dan sebagai B-sides single. Namun momentum Record Store Day dan peringatan independent record stores, mendorong Foo Fighters untuk merangkumnya dalam bentuk album. Medium Rare berisikan 13 lagu daur ulang milik; Ramones, Hüsker Dü, Angry Samoans, Cream, Pink Floyd, Prince, Thin Lizzy, Paul McCartney & Wings, dan lain-lain. Menariknya pada lagu "Have a Cigar" (Pink Floyd), mereka berkolaborasi dengan Brian May gitaris band Queen.

6.       The Specials – Today's Specials (Virgin, 1996)

Album ini rilis saat ska di industri musik dunia sedang booming, berkat Rancid dan No Doubt. Today's Specials adalah album come back mereka, sejak bubar pada pertengahan dekade 1980. Album ini merangkum 12 repertoar milik; Desmond Dekker, Bob Marley, Peter Tosh, The Clash, Ken Boothe, Leroy Sibbles, Slim Smith dan lain-lain. Meski dirilis saat ska tengah naik daun, namun Today's Specials tidak direspon baik oleh kritikus musik dan penggemarnya. Reuni ini pun hanya diawaki oleh Neville Staple (vokal), Roddy Radiation (gitar), Lynval Golding (gitar), dan Horace Panter (bass). Minus John Bradbury (drum), Terry Hall (vokal), serta Jerry Dammers (keyboards). Langkah yang sama juga ditiru oleh unit ska punk asal San Jose, California, Skankin’ Pickle, yang melepas album cover versions bertajuk The Green Album (Dr. Strange Records, 1996) yang rilis hanya berjeda empat bulan dari Today's Specials.

7.       Deftones – Covers (Warner Bros, 2011)

Tidak seperti Korn yang mengumbar ingin merilis album daur ulang namun tidak jelas juntrungannya, yang tidak banyak sesumbar seperti Deftones malah lebih dulu merealisasikannya. Album ini dirilis bertepatan momentum Record Store Day. Covers merangkum sebelas lagu daur ulang milik; The Cars, The Smiths, Jawbox, The Cure, Duran Duran, dan lain sebagainya.

Sebetulnya semua trek di album ini sudah muncul dalam kompilasi, dan sebagai B-sides single. Bahkan lagu "Simple Man" milik Lynyrd Skynyrd, direkam sebelum album pertama Deftones rilis, saat vokalis Chino Moreno masih berusia 17 tahun. Menurut Abe Cunningham (drum) dalam sebuah wawancara, mengungkapkan kalau penggarapan Covers dilakukan secara demokratis. Lagu-lagu itu diajukan oleh para personel, dan dipilih melalui voting.

8.       Rage Against the Machines – Renegades

Renegades adalah abum keempat sekaligus album termutakhir Rage Against the Machines (RATM), yang rilis 23 tahun silam. Album ini berisikan 12 lagu daur ulang milik Bruce Springsteen, Bob Dylan, Afrika Bambaataa, Minor Threat, The Stooges, MC5, The Rolling Stones, Cypress Hill, Devo, dan lain-lain. Bila biasanya setelah melepas album band akan menggelar promo tur, maka tidak untuk Renegades. Tak lama setelah perilisan tiga dari empat anggotanya (minus Zack de la Rocha) membentuk band baru, Audioslave, dengan Chris Cornell mantan vokalis Soundgarden. Album yang diproduseri oleh Rick Rubin ini, mendapat respon tak terduga. Baik pengamat musik dan penggemar RATM sangat mengapresiasi kehadiran Renegades. Bahkan dianggap album paling memuaskan, setara dengan debut album mereka.   

9.       Def Leppard – Yeah (Mercury, 2005)

Album ini merangkum 14 lagu recycle milik T. Rex, The Kinks, David Bowie, Badfinger, Thin Lizzy, dan lain-lain. Yeah menjagokan single "No Matter What", "Rock On", dan "20th Century Boy". Pada bukletnya berisi foto-foto personel, yang mereplikasi pose dari sampul album-album klasik dekade 1970. Sementara di sampul belakang bagian dalam (belakang tempat CD) bergambar logo segitiga Def Leppard, dengan seberkas cahaya pelangi melewatinya mirip sampul album The Dark Side of the Moon (Capitol Records, 1973) milik Pink Floyd. Menurut Stephen Thomas Erlewine dari Allmusic, Yeah adalah upaya terbaik Def Leppard sejak Hysteria (Mercury, 1987). Yeah bisa dikatakan berhasil dari segi penjualan. Namun memang tidak semua band hard rock dapat mengais peruntungan yang sama seperti Def Leppard. Poison contohnya, yang dinilai payah oleh sebagian kalangan tatkala melepas album cover versions Poison'd! (EMI, 2007).

10.   Sepultura – Revolusongs (Universal Music, 2002)

Revolusongs berisikan delapan lagu daur ulang milik Massive Attack, Public Enemy, Jane's Addiction, U2, Devo, Metallica, Exodus, dan lain-lain. Album ini dirilis secara eksklusif di Brasil dan Jepang pada tahun 2002, dan disertakan lagi sebagai disk bonus tanpa disertai lagu “Enter Sandman” (Metallica) untuk album kesembilan mereka, Roorback (SPV Records, 2023). Meski keseluruhan materi lagu di mini album ini adalah karya orang lain, namun Sepultura menggarapnya seserius mereka mengerjakan lagu sendiri. Makanya tak heran kalau Revolusongs mendapat ulasan bagus, dan terjual lebih dari 15.000 keping. Di Tanah Air kasetnya juga beredar, namun hanya memuat tujuh lagu, tanpa disertai lagu “Enter Sandman” (Metallica).

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Team Records dan Punk Rock di Tanah Air Era 80-an Dayan dan teman wanitanya, di Casa Pub, circa 1988 Sedikit flashback sekitar tahun 2020 saat pandemi melanda, saya pernah mewawancarai Dayan vokalis band The Supid Prisoner (kadang hanya disebut; The Stupid), untuk mengetahui punk movement di Ibu Kota, Jakarta, pada akhir dekade 1980. Kala itu lewat WhatsApp Call , saya mengajukan beberapa pertanyaan, salah satunya apa sih yang dibawain The Supid Prisoner waktu manggung dulu. Namun jawaban pria kelahiran 1968 itu, agak mengejutkan. Dia mengaku pada tahun segitu sudah bawain U.K. Subs, The Exploited, G.B.H., di samping Sex Pistols. Bahkan dia juga telah mendengarkan Misfits dan Dead Kennedys. Sebagai bukti, Dayan lalu mengirimkan beberapa foto lawas. Nampak di foto itu, dia mengenakan kaus Dead Kennedys bergambar patung Liberty, yang ditodong pistol. Sedangkan Kiki gitarisnya memakai kaus Misfits, saya lihat numeric date di foto tertera tahun 1989. Di foto lain, terlihat Dayan jug
  Punk Gay: Garang Tapi Melambai Berbekal alamat korespondensi yang tertera di sampul album Operation Ivy, pada tahun 1999 akhir saya beranikan diri berkirim surat ke Lookout Records. Setelah menunggu dua bulan, surat saya dibalas plus katalog, poster promo, dan sticker. Rasanya senang bukan kepalang, karena saya jadi tahu semua band yang dinaungi oleh label besutan Larry Livermore tersebut. Diantara band-band itu, ada satu yang menyita perhatian saya yaitu Pansy Division. Jujur saja sebagai straight guy , saya geli melihat sampul album-album mereka. Terserah bila kalian cap saya homophobia. Karena alasan itulah saya enggan tahu lebih jauh tentang mereka. Sebetulnya saya sudah notice band ini dari soundtrack film Angus. Bahkan sewaktu Green Day berada di Jakarta ─ dalam sesi interview dengan majalah Hai ─ Mike Dirnt mengenakan kaus putih bertuliskan Pansy Division.   Setelah era internet merebak, saya baru tahu kalau ada skena queercore dalam kultur punk, dan Pansy Divison sal
Reptil, Band Punk Lokal di Layar Kaca Era 90-an Di tengah kenaikan harga bahan pokok, anjloknya nilai tukar rupiah, dan konstelasi politik yang tak menentu pada 1998, ternyata tidak terlalu berpengaruh pada industri musik arus utama dalam negeri. Sektor ini terus menggenjot talenta-talenta baru hadir kepermukaan. Nama-nama yang sudah tersohor pun, tak ketinggalan merilis album seperti; Slank hadir dengan album Tujuh, Potret dengan Café, Jamrud dengan Terima Kasih, Kahitna dengan Sampai Nanti, Gigi dengan Kilas Balik, dan seterusnya. Album kompilasi pun marak. Seperti Metalik Klinik II, Alternatif Mania, Indie Ten, Indienesia dan lain sebagainya. Hadirnya kompilasi-kompilasi tersebut menunjukkan bila industri arus utama, juga menaruh perhatian dengan band-band sidestream . Serta menjadi bukti akan eksistensi aneka genre yang ada dalam ranah musik Tanah Air. Menariknya kompilasi-kompilasi tersebut tak hanya memuat musik rap, alternatif, funk, dan metal saja, bahkan punk pun ters