Langsung ke konten utama

 5 Gitaris Dengan Aksi ‘Nyeleneh’, Salah Satunya Bahkan Selalu Tampil Bugil


Dalam industri hiburan image dan style sangat diperlukan. Selain karya yang bagus, terkadang itu bisa menjadi nilai tambah bagi musisi atau band. Image dan style menciptakan sebuah identitas atau ciri khas. Makanya banyak musisi atau band yang berupaya membangun identitas personalnya. Seperti Devo dengan dadanan nyentriknya, Gwar dengan kostum monster-nya, atau Slipknot dengan topeng garangnya. Itu kalau kita bicara satu band, tapi bagaimana jika hanya salah seorang yang tampil beda, misal gitarisnya saja. Tentunya lebih unik bukan?. 

Nah pada kesempatan kali ini, kita akan angkat tulisan mengenai gitaris-gitaris yang berpenampilan nyeleneh. Dan konsisten dengan penampilan tersebut kala di panggung. Maksud konsisten di sini adalah, mereka terus-terusan dengan penampilan seperti itu, tidak macam Billie Joe (Green Day) yang kadang-kadang saja memakai baju perempuan. Penasaran siapa sajakah mereka, berikut lima diantaranya:

 

1.        HeWhoCannotBeNamed (Dwarves)

Dwarves adalah band punk rock yang terbilang eksentrik. Band yang terbentuk di Chicago, Amerika pada pertengahan dekade 1980 ini, awalnya memainkan garage rock. Setelah melihat aksi panggung GG Allin, mereka lantas banting stir ke punk rock.

Band yang dimotori oleh Blag Dahlia ini, memang tak lepas dari kontroversi. Aksi panggungnya selalu diwarnai perkelahian. Sampul albumnya cenderung mengumbar pornografi, sadomasokisme, dan blasphemy. Liriknya vulgar dan sarkas.

Bahkan gitaris mereka HeWhoCannotBeNamed tak kalah ganjil. Penampilannya nyaris bugil, wajahnya tertutup topeng lucha libre. Identitasnya sengaja dirahasiakan. Bisa dibilang dia adalah ikon bagi Dwarves.

Gilanya lagi pada 1993, mereka pernah menyebarkan berita bohong kalau HeWhoCannotBeNamed tewas ditikam dalam sebuah perkelahian. Akibatnya mereka ditendang oleh label mereka Sub Pop, karena telah membuat malu. Padahal saat itu mereka baru saja merilis album kelima, berjudul Sugarfix.

2.        Buckethead (eks Guns N' Roses)

Musisi multi instrumentalis ini terlahir dengan nama Brian Patrick Carroll. Buckethead merupakan solo artis. Namun sempat tergabung di Guns N' Roses pada tahun 2000 hingga 2004. Dia juga sering berkolaborasi dengan musisi-musisi papan atas seperti; Iggy Pop, Mike Patton, Serj Tankian, dan lain-lain. Oleh Guitar World's namanya dimasukkan ke dalam 50 gitaris tercepat sepanjang masa.

Meski bakat bermusiknya yahud, namun Buckethead adalah sosok yang ganjil. Sesuai namanya dia selalu tampil dengan mengenakan ember KFC di kepalanya, berhias stiker oranye bertuliskan funeral dalam huruf balok, plus topeng putih polos tanpa ekspresi. Tapi kadang dia tampil hanya dengan ember putih polos. Dalam sebuah wawancara, dia mengungkapkan alasan menggunakan ember dan topeng adalah untuk, mengatasi demam panggungnya.

Walau tak sedikit yang mengira, itu merupakan sindiran bahwasanya junk food dapat mengantarkan kita pada kematian. Sementara dari pihak KFC mungkin menganggapnya itu sebagai medium promosi cuma-cuma.

3.        Rick Nielsen (Cheap Trick)

Bersama Cheap Trick dia telah menghasilkan 20 album, dan puluhan single. Rick Nielsen, Tom Petersson, dan Robin Zander, adalah anggota asli yang tersisa. Cheap Trick sendiri telah berdiri sejak 1973, dan tetap konsisten di jalur hard rock. Di mata orang awam mereka tak ubahnya seperti band rock pada umumnya. Namun di mata penggemarnya, Rick Nielsen lah yang menjadikan Cheap Trick berbeda.

 

Dalam aksi panggungnya Rick Nielsen selalu berpenampilan antik, dengan setelan jas, blazer, atau cardigan. Lengkap dengan dasi kupu-kupu, topi baseball, serta celana ngatung. Penampilan tersebut diadopsinya dari sosok Huntz Hall, dari grup komedi The Bowery Boys, yang ngetop membintangi berbagai judul film pada dekade 1940 hingga 1950. Hingga sekarang Rick Nielsen tetap setia dengan penampilannya itu.

4.        Angus Young (AC/DC)

Pria asal Australia kelahiran 31 Maret 1955 ini, merupakan salah satu ikon rock ‘n roll dunia. Bernama asli Angus McKinnon Young bersama kakaknya Malcolm Mitchell Young, dia membentuk AC/DC pada 1973. Angus seorang perokok berat. Namun sangat anti dengan minuman beralkohol. Sangat bertolak belakang dengan mendiang Bon Scott, vokalis AC/DC yang meninggal akibat keracunan alcohol dan narkotika pada 1980.

 

Angus Young tak hanya ikon bagi dunia rock ‘n roll, namun juga ikon bagi AC/DC. Penampilannya berbeda dengan personel lain. Dalam aksi panggungnya, Angus selalu mengenakan seragam anak sekolahan Inggris era 50-an, lengkap dengan topi dan dasi. Kadang seragam tersebut dimodifikasi bahan dan warnanya oleh Angus. Penampilan tersebut telah dikenakannya sejak 1974. Tak hanya itu, Angus terkenal pula dengan gaya duckwalk-nya saat tampil, dan sering meletakkan kedua telunjuk tangannya di kepala, agar menyerupai tanduk setan.

 

5.        Wes Borland (Limp Bizkit)

Bukan Wes Borland namanya bila tidak tampil eksentrik. Bahkan dapat dikatakan dia satu-satunya personel Limp Bizkit yang berpenampilan ganjil. Tubuhnya dicat, wajahnya di make up terkadang dia tampil menggunakan topeng, dan kostum-kostum tematik. Gayanya selalu berubah-ubah, tapi justru itulah letak keunikan Limp Bizkit. Mungkin Limp Bizkit tanpa Wes Borland bagai sayur tanpa garam. Meski begitu Wes Borland ternyata pernah meninggalkan Limp Bizkit dua kali, pertama di 2001, kedua di 2006.

 

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Team Records dan Punk Rock di Tanah Air Era 80-an Dayan dan teman wanitanya, di Casa Pub, circa 1988 Sedikit flashback sekitar tahun 2020 saat pandemi melanda, saya pernah mewawancarai Dayan vokalis band The Supid Prisoner (kadang hanya disebut; The Stupid), untuk mengetahui punk movement di Ibu Kota, Jakarta, pada akhir dekade 1980. Kala itu lewat WhatsApp Call , saya mengajukan beberapa pertanyaan, salah satunya apa sih yang dibawain The Supid Prisoner waktu manggung dulu. Namun jawaban pria kelahiran 1968 itu, agak mengejutkan. Dia mengaku pada tahun segitu sudah bawain U.K. Subs, The Exploited, G.B.H., di samping Sex Pistols. Bahkan dia juga telah mendengarkan Misfits dan Dead Kennedys. Sebagai bukti, Dayan lalu mengirimkan beberapa foto lawas. Nampak di foto itu, dia mengenakan kaus Dead Kennedys bergambar patung Liberty, yang ditodong pistol. Sedangkan Kiki gitarisnya memakai kaus Misfits, saya lihat numeric date di foto tertera tahun 1989. Di foto lain, terlihat Dayan jug
  Punk Gay: Garang Tapi Melambai Berbekal alamat korespondensi yang tertera di sampul album Operation Ivy, pada tahun 1999 akhir saya beranikan diri berkirim surat ke Lookout Records. Setelah menunggu dua bulan, surat saya dibalas plus katalog, poster promo, dan sticker. Rasanya senang bukan kepalang, karena saya jadi tahu semua band yang dinaungi oleh label besutan Larry Livermore tersebut. Diantara band-band itu, ada satu yang menyita perhatian saya yaitu Pansy Division. Jujur saja sebagai straight guy , saya geli melihat sampul album-album mereka. Terserah bila kalian cap saya homophobia. Karena alasan itulah saya enggan tahu lebih jauh tentang mereka. Sebetulnya saya sudah notice band ini dari soundtrack film Angus. Bahkan sewaktu Green Day berada di Jakarta ─ dalam sesi interview dengan majalah Hai ─ Mike Dirnt mengenakan kaus putih bertuliskan Pansy Division.   Setelah era internet merebak, saya baru tahu kalau ada skena queercore dalam kultur punk, dan Pansy Divison sal
Reptil, Band Punk Lokal di Layar Kaca Era 90-an Di tengah kenaikan harga bahan pokok, anjloknya nilai tukar rupiah, dan konstelasi politik yang tak menentu pada 1998, ternyata tidak terlalu berpengaruh pada industri musik arus utama dalam negeri. Sektor ini terus menggenjot talenta-talenta baru hadir kepermukaan. Nama-nama yang sudah tersohor pun, tak ketinggalan merilis album seperti; Slank hadir dengan album Tujuh, Potret dengan Café, Jamrud dengan Terima Kasih, Kahitna dengan Sampai Nanti, Gigi dengan Kilas Balik, dan seterusnya. Album kompilasi pun marak. Seperti Metalik Klinik II, Alternatif Mania, Indie Ten, Indienesia dan lain sebagainya. Hadirnya kompilasi-kompilasi tersebut menunjukkan bila industri arus utama, juga menaruh perhatian dengan band-band sidestream . Serta menjadi bukti akan eksistensi aneka genre yang ada dalam ranah musik Tanah Air. Menariknya kompilasi-kompilasi tersebut tak hanya memuat musik rap, alternatif, funk, dan metal saja, bahkan punk pun ters