Smash: Album Pendobrak The Offspring, Kini Menginjak 28 Tahun
Saat video klip "Come Out and Play" dan "Self
Esteem" muncul di televisi lokal, kebanyakan orang mengira kalau The Offspring adalah band
rock alternatif. Selain karena mereka
muncul saat rock alternatif tengah menjulang, di mata komunitas penampilan
mereka juga tidak merepresentasikan band punk.
Hal tersebut cukup dipahami, sebab komunitas dulu menilai
band punk itu pakemnya seperti Rancid atau The Exploited. Berambut mohawk atau
spikes, jaket kulit, Dr. Martens, peniti, dan berbagai atribut lainnya.
Padahal di negara asalnya The Offspring sudah cukup lama malang
melintang di komunitas punk California.
Lagu "Come Out and Play" dan "Self
Esteem" merupakan dua single
utama dalam album Smash. Smash adalah album penuh ketiga mereka dan tepat pada
hari ini menginjak 28 tahun.
Album tersebut dirilis oleh Epitaph Records. Sebuah label
independen yang dijalankan oleh Brett Gurewitz, gitaris Bad Religion. Di
Indonesia album ini didistribusikan oleh PT Indo Semar Sakti.
Bagi Greg K. (bas), Dexter Holland (vokal & gitar),
Noodles (gitar), dan Ron Welty (drum), Smash adalah pintu gerbang kesuksesan
mereka. Sementara bagi Brett Gurewitz, Smash adalah album dengan penjualan
tertinggi di Epitaph hingga saat ini.
Betapa tidak Smash terjual dengan angka fantastis, hingga diganjar
predikat multi platinum oleh RIAA (Recording Industry Association of America). Lagu-lagunya
pun berhasil memuncaki tangga lagu rock di berbagai radio.
Smash merangkum 14 lagu, salah satunya lagu daur ulang
berjudul "Killboy Powerhead", milik band punk rock asal Illinois, The
Didjits. Proses rekamannya berlangsung di Track studio, Hollywood, pada Januari
– Februari 1994.
Album ini diproduseri oleh mendiang Thom Wilson, sosok yang
memang tak asing lagi dalam skena punk rock di Amerika. Untuk sampul digarap
oleh Fred Hidalgo, yang juga mendesain sampul album Recipe for Hate (Bad
Religion).
Smash diproduksi dengan anggaran terbatas. “Kami menghabiskan
$20.000 untuk merekamnya. Itu anggaran yang cukup ketat waktu itu” ucap Holland
dalam sebuah sesi wawancara dengan Rolling Stone pada 2014.
Anggaran yang ketat tersebut, membuat mereka tidak memiliki
banyak waktu. Sehingga beberapa lagu baru tercipta saat proses rekaman tersisa
dua hari lagi. Seperti "It'll Be a Long Time" dan “Smash”.
Tidak seperti dua album mereka sebelumnya, komposisi lagu
dalam Smash sedikit berbeda. Kalau biasanya mereka bermain dengan tempo cepat,
maka dalam Smash kita bisa mendengar lagu dengan tempo sedikit lambat. Bahkan
mereka menciptakan satu lagu bernuansa ska berjudul "What Happened To You".
Smash merupakan album terakhir The Offspring bernaung di
Epitaph. Setelahnya mereka bergabung di Columbia Records. Keputusan mereka tersebut
sempat menimbulkan friksi antar dua belah pihak, namun hubungan tersebut
kembali membaik seiring waktu.
Tak dimungkiri Smash merupakan salah satu album penting pada
dekade 1990. Sama halnya seperti Dookie (1994) milik Green Day, kehadirannya
dianggap sebagai pemicu punk rock revival.
Lebih jauh, Smash didapuk sebagai album independen terlaris
sepanjang masa. Sejajar dengan album 40oz. to Freedom (1992) milik Sublime.***
Komentar
Posting Komentar