Langsung ke konten utama

Postingan

Menampilkan postingan dari April, 2022
Smash: Album Pendobrak The Offspring, Kini Menginjak 28 Tahun Saat video klip "Come Out and Play" dan "Self Esteem" muncul di televisi lokal, kebanyakan  orang mengira kalau The Offspring adalah band rock alternatif. Selain karena mereka muncul saat rock alternatif tengah menjulang, di mata komunitas penampilan mereka juga tidak merepresentasikan band punk. Hal tersebut cukup dipahami, sebab komunitas dulu menilai band punk itu pakemnya seperti Rancid atau The Exploited. Berambut mohawk atau spikes, jaket kulit, Dr. Martens, peniti, dan berbagai atribut lainnya. Padahal di negara asalnya The Offspring sudah cukup lama malang melintang di komunitas punk California. Lagu "Come Out and Play" dan "Self Esteem" merupakan dua single utama dalam album Smash. Smash adalah album penuh ketiga mereka dan tepat pada hari ini menginjak 28 tahun. Album tersebut dirilis oleh Epitaph Records. Sebuah label independen yang dijalankan oleh Brett Gurewitz, gitaris
Reptil, Band Punk Lokal di Layar Kaca Era 90-an Di tengah kenaikan harga bahan pokok, anjloknya nilai tukar rupiah, dan konstelasi politik yang tak menentu pada 1998, ternyata tidak terlalu berpengaruh pada industri musik arus utama dalam negeri. Sektor ini terus menggenjot talenta-talenta baru hadir kepermukaan. Nama-nama yang sudah tersohor pun, tak ketinggalan merilis album seperti; Slank hadir dengan album Tujuh, Potret dengan Café, Jamrud dengan Terima Kasih, Kahitna dengan Sampai Nanti, Gigi dengan Kilas Balik, dan seterusnya. Album kompilasi pun marak. Seperti Metalik Klinik II, Alternatif Mania, Indie Ten, Indienesia dan lain sebagainya. Hadirnya kompilasi-kompilasi tersebut menunjukkan bila industri arus utama, juga menaruh perhatian dengan band-band sidestream . Serta menjadi bukti akan eksistensi aneka genre yang ada dalam ranah musik Tanah Air. Menariknya kompilasi-kompilasi tersebut tak hanya memuat musik rap, alternatif, funk, dan metal saja, bahkan punk pun ters
Secuplik Kisah di Margahayu, Bekasi, dan Inferno Dalam serial televisi Kera Sakti (Monkey King), kita selalu mendengar ucapan berkelana ke Barat mencari kitab suci, mungkin istilah tersebut juga cocok untuk menggambarkan aktifitas saya setelah lulus SMA. Saya memang tidak langsung kuliah setelah lulus, dan tidak pula bekerja. Karena badai krismon serta krisis politik yang melanda Tanah Air pada 1998, berimplikasi pada sulitnya mencari pekerjaan saat itu, sehingga saya banyak menghabiskan waktu untuk berkelana. Tapi bukan berkelana untuk mencari kitab suci ya, namun berkelana untuk mencari referensi kaset lebih tepatnya. Agak absurd memang. Kok ada orang yang mau menghabiskan waktu hanya untuk kaset. Tapi begitulah adanya. Mungkin anak-anak muda sekarang ogah  melakukan yang saya lakukan dulu. Dalam perkelanaan tersebut, tak lupa saya membawa beberapa “amunisi”. Jadi kalau ada referensi yang rare , kaset kosong sudah stand by . Suatu ketika saya bertandang ke rumah teman berna