Langsung ke konten utama

 ...And Out Come the Wolves Milik Rancid, Hari ini Genap Berusia 26 Tahun

Selain Green Day, Rancid bisa dibilang salah satu band punk rock yang paling populer di Tanah air. Banyak remaja yang terjun menjadi seorang punker setelah mengenal dua band tersebut. Hanya bedanya Green Day tidak merepresentasikan punk dari segi penampilan.

Sedangkan Rancid, dari sampul depan ...And Out Come the Wolves saja sudah sangat identik. Terlebih di tengah minimnya referensi, album tersebut jadi acuan mereka yang sedang mencari bentuk, bagaimana penampilan luar seorang punker seharusnya.

Tepat pada hari ini ...And Out Come the Wolves, genap berusia 26 tahun. Sepanjang karirnya Rancid telah menghasilkan sembilan album dan empat diantaranya rilis di Tanah air.

Namun dari kesemuanya hanya ...And Out Come the Wolves, yang bisa dikatakan berhasil dari aspek penjualan, sehingga diganjar predikat Platinum oleh Recording Industry Association of America (RIAA) pada 2004 silam.

Album ketiga milik kuartet asal Berkeley ini, memang berbeda dengan dua album sebelumnya. Dari segi sound ia digarap lebih matang.

Aransemennya juga lebih kompleks. Proses rekamannya berlangsung di Fantasy Studios, California dan Electric Lady Studios, New York City pada Februari hingga Mei 1995.

Album ini merangkum 19 track lagu dan mendaulat "Roots Radicals", "Time Bomb" serta "Ruby Soho" sebagai hit single. Lagu-lagu tersebut cukup sering diputar di radio, bahkan video klipnya kerap wara-wiri di MTV kala itu.

Penyusunan lagunya pun cukup menarik. “Maxwell Murder” ditaruh sebagai track pembuka dan ditutup oleh “The Way I Feel”, hanya dua lagu ini yang bertempo cepat dan memiliki benang merah dengan album mereka terdahulu.

Selebihnya pengaruh british punk sound terutama The Clash sangat kental terasa.

Di album ini pula, Rancid mulai memasukan unsur ska pada lagu “Time Bomb”, “Old Friend” dan “Daly City Train”. Bahkan pada b-side single "Roots Radicals" juga terdapat lagu bernuansa ska berjudul “I Wanna Riot”, yang muncul dalam kompilasi Punk-O-Rama vol.1 yang rilis satu tahun sebelumnya.

...And Out Come the Wolves diproduseri oleh mendiang Jerry Finn. Seorang produser rekaman kenamaan, yang pernah berkerjasama dengan band-band seperti Blink-182, AFI, Sum 41, Alkaline Trio, MxPx, Smoking Popes, Penywise dan lain sebagainya.

Keseluruhan materi lagu ditulis oleh Tim Armstrong, Matt Freeman dan Lars Frederiksen. Kecuali "The 11th Hour" mereka tulis bersama Eric Dinn, dan "Junkie Man" bersama Jim Carroll.

Sebagai informasi Jim Carroll adalah penulis buku The Basketball Diaries (1978), yang mana di dalamnya terdapat puisi berjudul ...And Out Come the Wolves. Kalimat itu lah yang dipakai Rancid sebagai judul album.

Sementara untuk konsep sampul, mereka terinspirasi pose Alec MacKaye pada album kompilasi Minor Threat, yang rilis di tahun 1984. Pemotretannya dilakukan oleh Jesse Fischer, dan Lars Frederiksen sebagai modelnya.

Bertepatan dengan perayaannya yang ke-20 pada 2015 lalu, mereka merilis ulang ...And Out Come the Wolves dalam format vinyl dan digital, plus tambahan dua lagu berjudul “Blast Em” dan “That’s Entertaiment” sebagai bonus.***


*Artikel ini telah tayang di https://zonabanten.pikiran-rakyat.com/ pada 22 Agustus 2021, 08:08 WIB

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Team Records dan Punk Rock di Tanah Air Era 80-an Dayan dan teman wanitanya, di Casa Pub, circa 1988 Sedikit flashback sekitar tahun 2020 saat pandemi melanda, saya pernah mewawancarai Dayan vokalis band The Supid Prisoner (kadang hanya disebut; The Stupid), untuk mengetahui punk movement di Ibu Kota, Jakarta, pada akhir dekade 1980. Kala itu lewat WhatsApp Call , saya mengajukan beberapa pertanyaan, salah satunya apa sih yang dibawain The Supid Prisoner waktu manggung dulu. Namun jawaban pria kelahiran 1968 itu, agak mengejutkan. Dia mengaku pada tahun segitu sudah bawain U.K. Subs, The Exploited, G.B.H., di samping Sex Pistols. Bahkan dia juga telah mendengarkan Misfits dan Dead Kennedys. Sebagai bukti, Dayan lalu mengirimkan beberapa foto lawas. Nampak di foto itu, dia mengenakan kaus Dead Kennedys bergambar patung Liberty, yang ditodong pistol. Sedangkan Kiki gitarisnya memakai kaus Misfits, saya lihat numeric date di foto tertera tahun 1989. Di foto lain, terlihat Dayan jug
  Punk Gay: Garang Tapi Melambai Berbekal alamat korespondensi yang tertera di sampul album Operation Ivy, pada tahun 1999 akhir saya beranikan diri berkirim surat ke Lookout Records. Setelah menunggu dua bulan, surat saya dibalas plus katalog, poster promo, dan sticker. Rasanya senang bukan kepalang, karena saya jadi tahu semua band yang dinaungi oleh label besutan Larry Livermore tersebut. Diantara band-band itu, ada satu yang menyita perhatian saya yaitu Pansy Division. Jujur saja sebagai straight guy , saya geli melihat sampul album-album mereka. Terserah bila kalian cap saya homophobia. Karena alasan itulah saya enggan tahu lebih jauh tentang mereka. Sebetulnya saya sudah notice band ini dari soundtrack film Angus. Bahkan sewaktu Green Day berada di Jakarta ─ dalam sesi interview dengan majalah Hai ─ Mike Dirnt mengenakan kaus putih bertuliskan Pansy Division.   Setelah era internet merebak, saya baru tahu kalau ada skena queercore dalam kultur punk, dan Pansy Divison sal
Dave Parsons, Dari The Partisans ke Bush Jalan hidup orang memang tidak ada yang tahu. Tapi saya percaya kunci sukses (di luar privilege ), adalah fokus dan konsisten, terhadap apa yang dilakukan saat ini, hingga waktu yang akan mengangkat derajat kita dengan sendirinya. Hal itu pula yang dilakukan oleh David Guy Parsons atau Dave Parsons, pemain bass band alternatif rock era 90-an Bush. Jauh sebelum namanya dikenal, Dave Parsons adalah bassist band street punk asal Bridgend, Wales, Inggris, The Partisans. Mengutip dari Wikipedia, The Partisans terbentuk pada awal tahun 1978. Dengan formasi awal: Phil Stanton (vokal), Rob "Spike" Harrington (gitar dan vokal), Andy Lealand (gitar), Mark "Shark" Harris (drum), dan Mark "Savage" Parsons (bass). Saat itu semua personelnya masih berusia belasan, mungkin setara SMP. Pada 1979, Mark Parsons dan Phil Stanton cabut. Lalu, Spike Harrington pindah ke vokal utama, dan Louise Wright (pacar Andy Lealand) direkrut seba