Langsung ke konten utama

Nostalgia, Ini 13 Album Punk Rock 90-an Besutan Major Label yang Beredar di Tanah Air

Setelah Green Day sukses di ranah mainstream pada pertengahan dekade 1990, sebagian label mayor mulai melirik punk rock sebagai hal yang profitable. Meski demikian, tak serta-merta banyak band punk yang ingin bergabung.

Padahal bila merunut ke belakang, sesungguhnya punk rock memiliki kedekatan dengan label mayor. Seperti Sex Pistols pernah bernaung di EMI lalu di Virgin. The Clash dan The Vibrators di Epic. The Saints di EMI, Slaughter & the Dogs di Decca dan lain sebagainya.

Berkembangnya prinsip ‘Do It Yourself’ atau DIY pada dekade 80-an, membuat wajah punk rock tak lagi bersahabat dengan label mayor. 

Cap “Sell out” pun menjadi momok yang ditakuti. Di tengah derasnya penolakan terhadap label mayor, Dookie muncul menjadi antitesis.

Akan tetapi Green Day bukan satu-satunya band punk rock yang berlabuh ke label mayor pada dekade 1990. Selain Green Day ada Social Distortion yang menelurkan album Somewhere Between Heaven and Hell lewat Epic Records pada 1992. 

Kemudian Bad Religion yang menjalin kontrak dengan Atlantic Records untuk menggarap Stranger Than Fiction (1994), The Gray Race (1996), No Substance (1998), dan The New America (2000).

Lalu ada Circle Jerks yang merapat ke PolyGram dengan merilis Oddities, Abnormalities and Curiosities (1995), dan Bad Brains yang berlabuh ke Maverick dan menetaskan album God of Love (1995).

Disamping album-album di atas, masih ada lagi beberapa album punk rock besutan major label, yang juga beredar di Tanah air pada dekade 1990, berikut datfarnya :


1. Hog - Nothing Sacred (1996)

Nothing Sacred adalah satu-satunya album dari trio punk rock asal Los Angeles, California, Hog. Album ini berisikan 13 lagu dan rilis di bawah bendera Geffen Records. Meski di rilis saat punk dan alternatif rock sedang booming, namun angka penjualannya tidak terlalu bagus.

Minimnya promosi, ‘label’ pengekor Green Day dan perseteruan mereka dengan band alternatif rock asal Inggris, Spacehog, ditengarai menjadi penyebab buruknya respon pasar terhadap album mereka.


2. Schleprock - (America's) Dirty Little Secret (1996)

Dari segi sound album ini bisa dikomparasikan dengan "...And Out Come the Wolves" milik Rancid atau "Anthems from the alleyway" milik Total Chaos.

Seperti halnya Green Day, Schleprock juga mengalami penolakan oleh komunitas punk rock. (America's) Dirty Little Secret adalah album keempat sekaligus terakhir mereka, yang rilis via Warner Bros.

Di album ini, terdapat lagu cover milik Cock Sparrer dan dua lagu bercorak ska. Schleprock juga mengalami masalah hukum terkait penamaan band, yang diambil dari salah satu karakter fiksi dalam film kartun The Flinstones.


3. Klover – Feel Lucky Punk (1995)

Klover adalah band punk rock asal Boston yang berdiri seumur jagung. Klover dimotori oleh Chris Doherty (Gang Green) dan Brian Betzger (Jerry's Kids, Gang Green).

Meski materi lagunya cukup bagus, namun sayang dari segi penjualan tidak demikian.

Feel Lucky Punk rilis di bawah label Mercury Records pada tahun 1995 dan berisikan 12 buah lagu. Dimana pada lagu “Brain” Keith Morris dari Circle Jerks, didapuk sebagai penyanyi latar.


4. 7 Seconds – The Music, The Message (1995)

The Music, The Message adalah album penuh kesembilan milik band hardcore punk veteran, 7 Seconds. Album yang berisikan 16 track lagu ini rilis di bawah label Sony/BMI pada tahun 1995.

Di album ini 7 Seconds tampil dalam formasi trio, setelah ditinggal oleh Bob Adams sang gitaris.

Selain itu, terdapat lagu lawas milik Sham 69, berjudul “If the Kids Are United” yang dibawakan ulang dengan versi mereka, sebagai track penutup.


5. Wax - 13 Unlucky Numbers (1995)

13 Unlucky Numbers  adalah album penuh kedua milik unit punk rock asal California, Wax. Album ini rilis di bawah bendera Interscope/Atlantic Records.

Wax dimotori oleh Joe Sibb pendiri indie label SideOneDummy yang kini berprofesi sebagai stand up komedi.

Sementara sang drummer Loomis Fall, sering tampil dalam reality show komedi Jackass. “California” dan “Who Is Next” adalah dua single andalan dalam album ini.

Menariknya pada klip video “Who Is Next” mereka menggandeng Tim dan Lars dari Rancid menjadi cameo. Sedangkan klip video “California” dilarang diputar di MTV, kerena mengandung unsur kekerasan.


6. Smoking Popes - Born to Quit (1995)

Born to Quit adalah album kedua mereka. Sebelumnya album ini rilis via label indie Johann's Face, namun kemudian dirilis ulang oleh Capitol Records di tahun yang sama. Born to Quit adalah satu-satunya album mereka yang pernah bertengger di posisi 37 pada Billboard's Top Heatseekers. 

Bahkan Morrissey menyebut album ini "luar biasa, hal yang paling menyenangkan untuk didengar (di tahun tersebut)". Selain album ini, album ketiga mereka Destination Failure (1997) juga beredar resmi di Tanah Air.


7. Jawbreaker - Dear You (1995)

Dear You adalah satu-satunya album Jawbreaker yang beredar di Tanah Air. Album ini dirilis oleh DGC Records/Geffen Records di tahun 1995. Ini merupakan album keempat, sekaligus terakhir mereka. 

Lewat album ini lah Jawbreaker ditunding "sell out" oleh komunitas bawah tanah di Amerika. Setelah menuntaskan tur dan promo album tersebut, trio ini memutuskan bubar pada juli 1996. 


8. ALL - Pummel (1995)

Pummel adalah album keenam sekaligus satu-satunya album ALL yang beredar di Tanah Air. Album ini dirilis oleh Interscope Records pada 1995.

Tidak seperti Green Day, atau Jawbreaker, keputusan mereka berlabuh di label besar tidak menuai resistensi dari komunitas bawah tanah. Meski begitu, kritik justru datang dari para gay di komunitas, yang menunding mereka homophobia karena lagu "Hetero".


9. Waterdog (1995)

Album ini di rilis oleh Atlantic Records pada 1995. Dari segi materi, lagu-lagu yang mereka suguhkan tidak lah mengecewakan. Namun dari segi penjualan, album tersebut jauh dari ekspektasi. Billy Bouchard sang bassis diketahui pernah membantu Dance Hall Crashers, sebagai gitaris. Sementara Terry Linehan dan Art Tedeschi membentuk The Frustrators di 1999, bersama Mike Dirnt (Green Day).


10. The Muffs - Blonder and Blonder (1995)

Ini adalah album kedua The Muffs, yang rilis di bawah bendera Reprise Records. “Blonder and Blonder” berisikan 14 buah lagu yang keseluruhannya di tulis oleh mendiang Kim Shattuck. Sebagai informasi, Kim pernah diminta Fat Mike untuk berduet dengannya, dalam lagu “Lori Meyers”.


11. Neurotic Outsiders (1996) 

Ini adalah album satu-satunya milik mereka, yang di rilis oleh Maverick dan Warner Bros di tahun 1996. Total ada 12 lagu yang mereka suguhkan dalam album tersebut, satu lagu diantaranya adalah lagu daur ulang milik The Clash yang berjudul “Janie Jones”.

Album ini menjagokan “Jerk” sebagai single utamanya. Namun sayang eksistensi Neurotic Outsiders tak berlangsung lama, setelah menuntaskan tur ke Eropa dan Amerika Utara, mereka memutuskan untuk bubar.


12. Unwritten Law – Oz Factor (1996)

Oz Factor adalah album kedua Unwritten Law, sekaligus debut album mayor label mereka. Album ini berisikan 12 lagu dan di produseri oleh Greg Graffin, vokalis Bad Religion.

Masih mengusung konsep skate punk, album ini menjagokan "Superman" dan "Denied" sebagai single utama. Selain itu, pada lagu "Suzanne" Brian Baker (Bad Religion, Dag Nasty) mengisi bagian solo gitar.


13. D Generation – No Lunch (1996)

No Lunch adalah album kedua milik D Generation, yang rilis di bawah label Columbia Records pada tahun 1996. Band ini dimotori oleh Jesse Malin pentolan band hardcore punk era 80-an, Heart Attack. Todd Youth, mantan personil dari band Warzone dan Murphy’s Law, tercatat pernah bergabung di band ini.


Komentar

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Team Records dan Punk Rock di Tanah Air Era 80-an Dayan dan teman wanitanya, di Casa Pub, circa 1988 Sedikit flashback sekitar tahun 2020 saat pandemi melanda, saya pernah mewawancarai Dayan vokalis band The Supid Prisoner (kadang hanya disebut; The Stupid), untuk mengetahui punk movement di Ibu Kota, Jakarta, pada akhir dekade 1980. Kala itu lewat WhatsApp Call , saya mengajukan beberapa pertanyaan, salah satunya apa sih yang dibawain The Supid Prisoner waktu manggung dulu. Namun jawaban pria kelahiran 1968 itu, agak mengejutkan. Dia mengaku pada tahun segitu sudah bawain U.K. Subs, The Exploited, G.B.H., di samping Sex Pistols. Bahkan dia juga telah mendengarkan Misfits dan Dead Kennedys. Sebagai bukti, Dayan lalu mengirimkan beberapa foto lawas. Nampak di foto itu, dia mengenakan kaus Dead Kennedys bergambar patung Liberty, yang ditodong pistol. Sedangkan Kiki gitarisnya memakai kaus Misfits, saya lihat numeric date di foto tertera tahun 1989. Di foto lain, terlihat Dayan jug
  Punk Gay: Garang Tapi Melambai Berbekal alamat korespondensi yang tertera di sampul album Operation Ivy, pada tahun 1999 akhir saya beranikan diri berkirim surat ke Lookout Records. Setelah menunggu dua bulan, surat saya dibalas plus katalog, poster promo, dan sticker. Rasanya senang bukan kepalang, karena saya jadi tahu semua band yang dinaungi oleh label besutan Larry Livermore tersebut. Diantara band-band itu, ada satu yang menyita perhatian saya yaitu Pansy Division. Jujur saja sebagai straight guy , saya geli melihat sampul album-album mereka. Terserah bila kalian cap saya homophobia. Karena alasan itulah saya enggan tahu lebih jauh tentang mereka. Sebetulnya saya sudah notice band ini dari soundtrack film Angus. Bahkan sewaktu Green Day berada di Jakarta ─ dalam sesi interview dengan majalah Hai ─ Mike Dirnt mengenakan kaus putih bertuliskan Pansy Division.   Setelah era internet merebak, saya baru tahu kalau ada skena queercore dalam kultur punk, dan Pansy Divison sal
Reptil, Band Punk Lokal di Layar Kaca Era 90-an Di tengah kenaikan harga bahan pokok, anjloknya nilai tukar rupiah, dan konstelasi politik yang tak menentu pada 1998, ternyata tidak terlalu berpengaruh pada industri musik arus utama dalam negeri. Sektor ini terus menggenjot talenta-talenta baru hadir kepermukaan. Nama-nama yang sudah tersohor pun, tak ketinggalan merilis album seperti; Slank hadir dengan album Tujuh, Potret dengan Café, Jamrud dengan Terima Kasih, Kahitna dengan Sampai Nanti, Gigi dengan Kilas Balik, dan seterusnya. Album kompilasi pun marak. Seperti Metalik Klinik II, Alternatif Mania, Indie Ten, Indienesia dan lain sebagainya. Hadirnya kompilasi-kompilasi tersebut menunjukkan bila industri arus utama, juga menaruh perhatian dengan band-band sidestream . Serta menjadi bukti akan eksistensi aneka genre yang ada dalam ranah musik Tanah Air. Menariknya kompilasi-kompilasi tersebut tak hanya memuat musik rap, alternatif, funk, dan metal saja, bahkan punk pun ters