Langsung ke konten utama

Mengenal Ilustrator Dibalik Sampul-Sampul Album Fenomenal



Hingga sekarang sampul album menjadi hal yang penting dalam sebuah produksi rekaman. Sampul album dibuat tak hanya untuk merepresentasikan atau melindungi produk rekaman tersebut saja, terkadang sampul dikreasikan sedemikian rupa guna memikat calon pembeli.

Beberapa sampul album bahkan bisa dikatakan ikonik dan memorable. Namun dari berbagai wujud sampul yang ada, pada kesempatan ini kita hanya akan membahas sampul album, berwujud desain ilustrasi saja. 

Beberapa desain ilustrasi sampul album rock, seperti sampul album Goo karya Raymond Pettibon, sampul debut album Bad Brains karya Donna Lee Parsons, atau sampul album Appetite for Destruction (versi salib) milik Guns N' Roses yang dibuat oleh Billy White Jr, bisa dikatakan sebagai sampul-sampul album yang memiliki karakter kuat.

Nah, selain nama-nama tadi masih ada lagi beberapa perupa, yang karya visualnya sangat populer dan khas, namun kita kurang mengenal pembuatnya. Berikut ulasannya.

1. Gus MacDonald – Ramones (Road to Ruin)

Selain logo band yang diciptakan oleh Arturo Vega dan maskot Pinhead Gabba Gabba Hey, sampul dari album Road To Ruin juga tak kalah popular dan sangat melekat pada imej Ramones. Road To Ruin, adalah album perdana bagi Marky, yang masuk menggantikan Tommy. 

Sampul album ini dikerjakan oleh Gus MacDonald, seorang penggemar berat Ramones. Namun pada sketsa aslinya masih menyertakan Tommy, sehingga harus dimodifikasi oleh John Holmstrom, seorang kartunis majalah Underground dengan memasukan karakter Marky. 

2. Jerry Mahoney – Bad Religion (Suffer)

Jerry Mahoney adalah seorang sarjana seni rupa lulusan dari Universitas  California, Los Angeles (UCLA). Karya Jerry yang cukup dikenal orang, terpampang pada sampul album Suffer milik Bad Religion.

Suffer adalah salah satu album Bad Religion yang paling ikonik. Dari album ini pula “Boy on Fire” dikukuhkan sebagai maskot band.

Jerry dan Greg Graffin –vokalis Bad Religion– memiliki kedekatan, karena mereka pernah sama-sama bekerja sebagai pramusaji di sebuah restoran. Konsep album ini menurut Greg menggambarkan kemarahan, ketidakberdayaan dan penyangkalan yang dialaminya pada masa remaja.

3. Richie Bucher – Green Day (Dookie)

Menyebut nama Richie Bucher, mungkin tak banyak orang yang mengenalnya. Namun bila kita menyebut Dookie sudah barang tentu semua orang tahu. Ya Dookie adalah album fenomenal bagi Green Day, sekaligus album penting dekade 90-an.

Sampul Dookie digambar oleh Richie Bucher. Selain sebagai illustrator Richie juga personil dari band pop punk, The Wynona Riders. Billie Joe dan Richie Bucher sama-sama berasal dari komunitas musik di East Bay dan band mereka kerap bermain di 924 Gilman Street.

4. Pushead – Metallica (...And Justice for All)

Banyak sudah karya visual yang telah dihasilkan oleh Brian Schroeder atau yang lebih dikenal dengan nama Pushead. Pushead mengawali karir sebagai vokalis band hardcore punk 80-an, Septic Death.

Setelah itu Ia lebih banyak berkecimpung di balik layar, sebagai produser rekaman, menjalankan label rekaman, jurnalis musik dan membuat ilustrasi sampul album. Karya Pushead yang cukup dikenal di Tanah air terabadikan dalam album ...And Justice for All milik Metallica.

Dalam skena hardcore punk 80-an selain Pushead, ada Marc Rude dan Shawn Kerri yang karyanya juga sering dipakai oleh band-band seperti Misfits, The Germs, Circle Jerks, D.O.A. dan lain-lain. Namun sayang pamor keduanya tak secemerlang Pushead.

5. Opie Ortiz - Sublime (40oz. to Freedom)

Opie Ortiz adalah seorang seniman tato, mural dan juga vokalis dari band ska-reggae dub, Long Beach Dub Allstars. Ortiz lah yang bertanggung jawab membuat logo Matahari milik Sublime, yang terdapat pada sampul album perdana mereka 40oz. to Freedom.

Album tersebut menjadi salah satu album independen, dengan angka penjualan tertinggi sepanjang masa. Bahkan, Ortiz juga yang menorehkan tato di punggung mendiang Bradley Nowell dan membuat sampul album ketiga sekaligus terakhir Sublime. 

6. Terry Oakes - The Exploited (Troops of Tomorrow)

Sampul album Troops of Tomorrow dan The Massacre, adalah dua karya lukisan Terry Oakes yang paling dikenal penikmat musik cadas di seluruh dunia. Karakter tengkorak hidup berambut mohawk yang terdapat di kedua album tersebut, hingga sekarang menjadi semacam sterotype ilustrasi band-band punk rock di seluruh dunia.

Kebanyakan karya Terry bergaya fantasi, science fiction dan horror. Karya Terry lainnya bisa kita lihat pada sampul album Stitched Up milik Broken Bones, sampul album Condemned To Eternity milik Re-Animator, Choose Your Masques milik Hawkwind dan lain sebagainya. 

7. Mark deSalvo – NOFX (Heavy Petting Zoo)

Bagi penikmat musik skate punk di Amerika, nama Mark deSalvo mungkin sudah tak asing lagi. Mark dipercaya menggarap sampul album band-band seperti Lagwagon (Let’s Talk about Feeling), No Use For A Name (Making Friends), Mad Caddies (Duck and Cover), Pulley (Together Again For The First Time) dan lain-lain. 

Sampul album Heavy Petting Zoo milik NOFX, adalah karya Mark yang paling dikenal di Indonesia, karena memang kasetnya beredar secara resmi di toko-toko kaset. Ironisnya di beberapa Negara album ini justru dicekal, karena dianggap mengandung unsur Zoophilia.

8. Frank Kozik – The Offspring (Americana)

Karya milik Frank Kozik yang cukup dikenal oleh penikmat musik rock di Indonesia, terpampang pada sampul album Americana milik The Offspring. Sampul album tersebut berkonsep 50-an dengan sedikit nuansa satir. 

Untuk mengerjakan sampul tersebut, Kozik meminta bayaran sebesar 75,000 USD atau setara dengan 600 juta rupiah (kurs saat itu). Pengerjaan ini mencakup pembuatan sampul single sekaligus. 

Frank Kozik merupakan salah satu seniman poster top dunia. Kozik banyak berkerjasama dengan band-band papan atas seperti Nirvana, Pearl Jam, The Melvins, Red Hot Chili Peppers dan masih banyak lagi.

9. Alan Forbes – Goldfinger (Self titled)

Bagi penyuka musik ska di Indonesia, pasti familiar dengan album perdana Goldfinger yang memuat lagu “Here in Your Bedroom”. Nah sampulnya yang keren itu digambar oleh Alan Forbes. 

Alan juga lah yang membuat sampul album Conspiracy of One milik The Offspring, album Black Sails In The Sunset dan The Art Of Drowning milik AFI dan lain sebagainya. Selain membuat sampul album dan melukis, Alan juga banyak membuat poster-poster pertunjukan musik.

10. Chris Cooper – MXPX (Life in General)

Sama seperti Frank Kozik dan Alan Forbes, Chris Cooper juga salah satu seniman poster yang cukup diperhitungkan di Amerika. Karya milik Cooper yang cukup dikenal oleh penggemar musik skate punk di Tanah air, terpajang pada sampul album Life In General milik MXPX, yang kebetulan memang kasetnya beredar di sini. 

Karya milik Cooper lainnya, bisa kita lihat pada sampul I Heard They Suck Live!! milik NOFX, sampul album live milik Ramones yang berjudul We're Outta Here!, sampul single American Jesus milik Bad Religion, mini album milik L7 yang berjudul Everglade dan lain-lain.***


*Artikel ini telah tayang di https://zonabanten.pikiran-rakyat.com/ pada 4 Juni 2021, 16:36 WIB

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Team Records dan Punk Rock di Tanah Air Era 80-an Dayan dan teman wanitanya, di Casa Pub, circa 1988 Sedikit flashback sekitar tahun 2020 saat pandemi melanda, saya pernah mewawancarai Dayan vokalis band The Supid Prisoner (kadang hanya disebut; The Stupid), untuk mengetahui punk movement di Ibu Kota, Jakarta, pada akhir dekade 1980. Kala itu lewat WhatsApp Call , saya mengajukan beberapa pertanyaan, salah satunya apa sih yang dibawain The Supid Prisoner waktu manggung dulu. Namun jawaban pria kelahiran 1968 itu, agak mengejutkan. Dia mengaku pada tahun segitu sudah bawain U.K. Subs, The Exploited, G.B.H., di samping Sex Pistols. Bahkan dia juga telah mendengarkan Misfits dan Dead Kennedys. Sebagai bukti, Dayan lalu mengirimkan beberapa foto lawas. Nampak di foto itu, dia mengenakan kaus Dead Kennedys bergambar patung Liberty, yang ditodong pistol. Sedangkan Kiki gitarisnya memakai kaus Misfits, saya lihat numeric date di foto tertera tahun 1989. Di foto lain, terlihat Dayan jug
  Punk Gay: Garang Tapi Melambai Berbekal alamat korespondensi yang tertera di sampul album Operation Ivy, pada tahun 1999 akhir saya beranikan diri berkirim surat ke Lookout Records. Setelah menunggu dua bulan, surat saya dibalas plus katalog, poster promo, dan sticker. Rasanya senang bukan kepalang, karena saya jadi tahu semua band yang dinaungi oleh label besutan Larry Livermore tersebut. Diantara band-band itu, ada satu yang menyita perhatian saya yaitu Pansy Division. Jujur saja sebagai straight guy , saya geli melihat sampul album-album mereka. Terserah bila kalian cap saya homophobia. Karena alasan itulah saya enggan tahu lebih jauh tentang mereka. Sebetulnya saya sudah notice band ini dari soundtrack film Angus. Bahkan sewaktu Green Day berada di Jakarta ─ dalam sesi interview dengan majalah Hai ─ Mike Dirnt mengenakan kaus putih bertuliskan Pansy Division.   Setelah era internet merebak, saya baru tahu kalau ada skena queercore dalam kultur punk, dan Pansy Divison sal
Dave Parsons, Dari The Partisans ke Bush Jalan hidup orang memang tidak ada yang tahu. Tapi saya percaya kunci sukses (di luar privilege ), adalah fokus dan konsisten, terhadap apa yang dilakukan saat ini, hingga waktu yang akan mengangkat derajat kita dengan sendirinya. Hal itu pula yang dilakukan oleh David Guy Parsons atau Dave Parsons, pemain bass band alternatif rock era 90-an Bush. Jauh sebelum namanya dikenal, Dave Parsons adalah bassist band street punk asal Bridgend, Wales, Inggris, The Partisans. Mengutip dari Wikipedia, The Partisans terbentuk pada awal tahun 1978. Dengan formasi awal: Phil Stanton (vokal), Rob "Spike" Harrington (gitar dan vokal), Andy Lealand (gitar), Mark "Shark" Harris (drum), dan Mark "Savage" Parsons (bass). Saat itu semua personelnya masih berusia belasan, mungkin setara SMP. Pada 1979, Mark Parsons dan Phil Stanton cabut. Lalu, Spike Harrington pindah ke vokal utama, dan Louise Wright (pacar Andy Lealand) direkrut seba