Langsung ke konten utama

Jarang Terekspos, 5 Rock Star Ini Nekat Mengakhiri Hidup Secara Tragis

Kasus bunuh diri di kalangan rock star memang sering terjadi.

Tercatat rock star yang melakukan bunuh diri ada Ian Curtis (Joy Division), Wendy O. Williams (The Plasmatics), Kurt Cobain (Nirvana), Michael Hutchence (INXS), Doug Hopkins (Gin Blossoms), Chester Bennington (Linkin Park), Chris Cornell (Sound Garden), Keith Flint (Prodigy), dan lain-lain.

Bunuh diri adalah fenomena sosial yang bisa menghinggapi seluruh lapisan masyarakat. Banyak hal yang melatarbelakangi, mengapa orang nekat melakukan tindakan tersebut. Tapi yang namanya hidup, ya pasti ada saja permasalahan bukan?

Yang penting seberat apapun masalah atau tekanan yang kita hadapi, pastikan untuk tetap berpikir logis dan yakin, niscaya ada jalan keluar.

Di samping itu, kita juga mesti memberi dukungan bilamana ada kerabat kita yang mengalami gejala depresi.

Karena depresi tidak bisa dibiarkan, rujuk mereka ke psikiater terdekat, agar dapat ditangani segera.

Nah, selain beberapa rock star yang kita sebut di atas, masih ada lagi sederet nama yang kurang terekspos, berikut lima diantaranya. 

1. Yoshitomo "Tottsuan" Suzuki (S.O.B.)

Sabotage Organized Barbarian (S.O.B.) awalnya adalah band hardcore punk yang terbentuk di Osaka, Jepang, pada tahun 1983. S.O.B. beranggotakan Kawataka Daisuke (bass), Toshimi Seki (gitar), Satoshi Yasue (drums) dan Yoshitomo 'Tottsuan' Suzuki (vokal).

Namun setelah berjalan hingga 12 tahun dan menghasilkan empat album penuh, S.O.B. malah ditinggal pergi sang vokalis untuk selamanya.

Tottsuan nekat mengakhiri hidupnya pada 22 Juni 1995, dengan menabrakan diri ke kereta yang tengah melaju kencang.

2. John Francis Spence (No Doubt)

John Spence adalah vokalis utama dan juga pendiri band ska No Doubt. Namun sayang John tak sempat menikmati buah dari kesuksesan band, yang Ia dirikan.

Pada tanggal 21 Desember 1987 John nekat mengakhiri hidupnya. Tubuhnya ditemukan tergeletak di sebuah areal parkir yang sepi di Anaheim, California.

John meninggal dalam usia 18 tahun, akibat luka tembak di kepala. Kepergiannya menjadi inspirasi No Doubt untuk menulis lagu "Dear John" dan "Move On".

3. Chuck Wagon (The Dickies)

Ironis memang dibalik musiknya yang sarat oleh unsur komedi, Robert Davis aka Chuck Wagon keyboardis sekaligus pendiri dari band punk rock The Dickies, justru seorang yang pemurung.

Bersama The Dickies, Chuck berkontribusi di dua album pertama. Namun semuanya harus berakhir, ketika pada malam tanggal 5 Juni 1981, Chuck berusaha mengakhiri hidupnya dengan senapan The 22 Long Rifle, hanya karena diputuskan oleh sang pacar.

Meski sempat dilarikan ke rumah sakit, namun jiwanya tak tertolong.

Pada pagi hari tanggal 6 Juni 1981, Chuck menghembuskan nafas terakhirnya dalam usia 24 tahun. Surat kabar The LA Times menyebut peristiwa ini sebagai "the most sobering moment in Dickies history".

4. Derrick Plourde (Lagwagon)

Derrick Plourde adalah mantan drummer dan pendiri band Lagwagon. Bersama Lagwagon, ia telah menghasilkan tiga album, yaitu: Duh (992), Trashed (1994) dan Hoss (1995). Setelah itu, Derrick diketahui pernah bermain dengan The Ataris, Mad Caddies, Bad Astronaut dan lain sebagainya.

Sesungguhnya Derrick merupakan sosok yang cakap dan memiliki selera humor yang unik. Namun kecanduannya pada narkotika lah, yang menyeretnya ke dalam lembah depresi. Pada tanggal 30 Maret 2005, dia mengakhiri hidupnya dengan sepucuk senapan.

Untuk mengenang dirinya Lagwagon melepas album Resolve, yang rilis hanya berselang delapan bulan setelah kepergiannya. Bahkan, NOFX juga menulis lagu berjudul “Doornails” yang diperuntukkan bagi Derrick.

5. Jason Matthew Thirsk (Pennywise)

Bersama Pennywise, Jason telah menghasilkan lima album penuh. Namun sayang Jason tidak menyukai tour atau bepergian. Disamping itu, dia juga cukup lama bergelut dengan depresi dan kecanduan alkohol.

Pada senin malam tanggal 29 Juli 1996, Jason ditemukan tak bernyawa oleh kekasihnya. Dari hasil investigasi pihak kepolisian menyebutkan bahwa Jason bunuh diri dalam keadaan mabuk, dengan menembakkan pistol ke bagian perutnya.

Setelah kepergian Jason, Pennywise mulai menulis materi baru yang sebagian besar berisi pesan anti-bunuh diri. "Bro Hymn" adalah salah satu lagu Pennywise yang cukup populer, yang –versi Full Circle album– didedikasikan untuk mengenang kepergiannya. ***


*Artikel ini telah tayang di https://zonabanten.pikiran-rakyat.com/ pada 4 April 2021, 09:20 WIB

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Team Records dan Punk Rock di Tanah Air Era 80-an Dayan dan teman wanitanya, di Casa Pub, circa 1988 Sedikit flashback sekitar tahun 2020 saat pandemi melanda, saya pernah mewawancarai Dayan vokalis band The Supid Prisoner (kadang hanya disebut; The Stupid), untuk mengetahui punk movement di Ibu Kota, Jakarta, pada akhir dekade 1980. Kala itu lewat WhatsApp Call , saya mengajukan beberapa pertanyaan, salah satunya apa sih yang dibawain The Supid Prisoner waktu manggung dulu. Namun jawaban pria kelahiran 1968 itu, agak mengejutkan. Dia mengaku pada tahun segitu sudah bawain U.K. Subs, The Exploited, G.B.H., di samping Sex Pistols. Bahkan dia juga telah mendengarkan Misfits dan Dead Kennedys. Sebagai bukti, Dayan lalu mengirimkan beberapa foto lawas. Nampak di foto itu, dia mengenakan kaus Dead Kennedys bergambar patung Liberty, yang ditodong pistol. Sedangkan Kiki gitarisnya memakai kaus Misfits, saya lihat numeric date di foto tertera tahun 1989. Di foto lain, terlihat Dayan jug
  Punk Gay: Garang Tapi Melambai Berbekal alamat korespondensi yang tertera di sampul album Operation Ivy, pada tahun 1999 akhir saya beranikan diri berkirim surat ke Lookout Records. Setelah menunggu dua bulan, surat saya dibalas plus katalog, poster promo, dan sticker. Rasanya senang bukan kepalang, karena saya jadi tahu semua band yang dinaungi oleh label besutan Larry Livermore tersebut. Diantara band-band itu, ada satu yang menyita perhatian saya yaitu Pansy Division. Jujur saja sebagai straight guy , saya geli melihat sampul album-album mereka. Terserah bila kalian cap saya homophobia. Karena alasan itulah saya enggan tahu lebih jauh tentang mereka. Sebetulnya saya sudah notice band ini dari soundtrack film Angus. Bahkan sewaktu Green Day berada di Jakarta ─ dalam sesi interview dengan majalah Hai ─ Mike Dirnt mengenakan kaus putih bertuliskan Pansy Division.   Setelah era internet merebak, saya baru tahu kalau ada skena queercore dalam kultur punk, dan Pansy Divison sal
Reptil, Band Punk Lokal di Layar Kaca Era 90-an Di tengah kenaikan harga bahan pokok, anjloknya nilai tukar rupiah, dan konstelasi politik yang tak menentu pada 1998, ternyata tidak terlalu berpengaruh pada industri musik arus utama dalam negeri. Sektor ini terus menggenjot talenta-talenta baru hadir kepermukaan. Nama-nama yang sudah tersohor pun, tak ketinggalan merilis album seperti; Slank hadir dengan album Tujuh, Potret dengan Café, Jamrud dengan Terima Kasih, Kahitna dengan Sampai Nanti, Gigi dengan Kilas Balik, dan seterusnya. Album kompilasi pun marak. Seperti Metalik Klinik II, Alternatif Mania, Indie Ten, Indienesia dan lain sebagainya. Hadirnya kompilasi-kompilasi tersebut menunjukkan bila industri arus utama, juga menaruh perhatian dengan band-band sidestream . Serta menjadi bukti akan eksistensi aneka genre yang ada dalam ranah musik Tanah Air. Menariknya kompilasi-kompilasi tersebut tak hanya memuat musik rap, alternatif, funk, dan metal saja, bahkan punk pun ters